Sepenggal Episode Kehidupan

Selasa, 08 Januari 2013

Kedewasaan = Kebohongan



Lebih dari sebagian orang menganggap kedewasaan adalah anugerah terbesar dalam fase hidupnya.  Tidak, bukan lebih dari sebagian orang, tapi hampir semua orang, termasuk saya. Ya, saya sendiri juga menganggap itu adalah anugrah terbesar. Masih teringat, di hari ulang tahun saya yang ke 21, ketika teman-teman membuat surprise party kecil-kecilan, betapa terharunya saya. Usia 21, yang kata orang gerbang awal kepala 2, jadi benar-benar dikatakan sudah dewasa. Benarkah demikian…?

Sampai saat ini saya masih harus meraba apa itu dewasa…? 

Seperti judul yang saya buat di atas, saya semakin merasa orang semakin dewasa, semakin banyak bohongnya, semakin banyak pura-pura-nya. Saya yakin, bukan hanya saya, tapi semua orang pasti pernah menyembunyikan sakitnya di depan orang lain. Pernah menyembunyikan tangisnya di bawah senyum manisnya. Pernah menyembunyikan tawanya di bawah wajah turut dukanya. Pernah mengelak dari ketidaksetujuannya demi kebahagiaan orang yang disayangi. 

Ya… begitulah. Tak semua yang kau lihat seperti yang terlihat. 

Masih teringat, ketika di bus seorang kakak bertanya, “Kenapa suka anak kecil?”. Anak kecil, mereka tidak berpura-pura. Jika mereka marah, ya mereka marah. Jika mereka tak suka mereka akan bilang tidak. Jika mereka suka, mereka suka. Polos, apa adanya. Bagaimana jika kita berhadapan dengan orang dewasa..? Tak jarang kita dituntut untuk meraba, mereka sebenarnya suka atau tidak, atu apa maksud senyum itu.

Semakin dewasa, kita semakin dituntut lebih baik dalam memerankan sandiwara. Semakin dewasa, kita semakin dituntut untuk lebih bisa memilih waktu yang tepat untuk tersenyum, untuk tertawa, untuk cemberut, untuk merajuk, untuk marah, bahkan bilang ya dan tidak. Sisi lain dari diri saya mengatakan itu sangat mengerikan, tapi sisi baik dari diri saya segera menghibur, itu biasa, karena semua orang berhak mendapatkan senyummu, atau melihat wajah ceriamu.

Jangan melihat isi teko dari kejauhan, karena kau tak kan bisa melihat itu teh atau kopi, tapi tuangkan dan rasakan, maka kau akan tahu bedanya.


0 komentar:

Posting Komentar

Lail. Diberdayakan oleh Blogger.

© Lail, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena