Lail

Sepenggal Episode Kehidupan

Senin, 28 Januari 2013

Petikkan Gitar Untukku...


Senja yang indah...
Langit menjingga dengan awan tipisnya..
Burung2 mulai menuju ke peraduannya..
Tarian daun-daun diterpa sang sepoi menambah syahdu..

Senja ini indah sekali..

Tak inginkah engkau duduk di sini bersamaku...
Biar kusenandungkan suara hatiku..

Mungkin syairnya kan bisa menjawab semua tanyamu..
Apa yang sedang ku rasa..
Apa yang kupikir tentangmu...
Apa yang membuatku tersenyum atau berurai air mata..

Senja yang indah...

Duduk lah di sini bersamaku...
Petikkan gitar untukku...
Biar senandungku semakin syahdu...


(repost)
Read More

Rabu, 23 Januari 2013

Apa yang Kau Rasa


Waktu diam-diam telah melaju
Mengaburkan kisah-kisah
Memudar seperti tinta di halaman buku tua

Seperti rindu yang diam-diam mengaduh
dalam keramaian hari yang kian riuh

Tatkala hati ini terus menanyakan sebuah asa
Yang tanpa sadar merasuk ke dalam dada
Dan lambat laun ku takut akan binasa..

Duhai...
seperti apakah yang kau rasa di sudut sana..

2 hari kita berdiam di sini..
mencoba menghilangkan rasa..
Mencari jawab dalam sebuah tanya yang terus menggoda...

Sudahkah kau dapatkan...?

Semoga Dia menuntun kita menuju jalan lurus-Nya...


Jombang, 23 Februari 2011
Dalam doa pasrahku menjelang dhuha..

(repost)
Read More

Selasa, 08 Januari 2013

Kedewasaan = Kebohongan



Lebih dari sebagian orang menganggap kedewasaan adalah anugerah terbesar dalam fase hidupnya.  Tidak, bukan lebih dari sebagian orang, tapi hampir semua orang, termasuk saya. Ya, saya sendiri juga menganggap itu adalah anugrah terbesar. Masih teringat, di hari ulang tahun saya yang ke 21, ketika teman-teman membuat surprise party kecil-kecilan, betapa terharunya saya. Usia 21, yang kata orang gerbang awal kepala 2, jadi benar-benar dikatakan sudah dewasa. Benarkah demikian…?

Sampai saat ini saya masih harus meraba apa itu dewasa…? 

Seperti judul yang saya buat di atas, saya semakin merasa orang semakin dewasa, semakin banyak bohongnya, semakin banyak pura-pura-nya. Saya yakin, bukan hanya saya, tapi semua orang pasti pernah menyembunyikan sakitnya di depan orang lain. Pernah menyembunyikan tangisnya di bawah senyum manisnya. Pernah menyembunyikan tawanya di bawah wajah turut dukanya. Pernah mengelak dari ketidaksetujuannya demi kebahagiaan orang yang disayangi. 

Ya… begitulah. Tak semua yang kau lihat seperti yang terlihat. 

Masih teringat, ketika di bus seorang kakak bertanya, “Kenapa suka anak kecil?”. Anak kecil, mereka tidak berpura-pura. Jika mereka marah, ya mereka marah. Jika mereka tak suka mereka akan bilang tidak. Jika mereka suka, mereka suka. Polos, apa adanya. Bagaimana jika kita berhadapan dengan orang dewasa..? Tak jarang kita dituntut untuk meraba, mereka sebenarnya suka atau tidak, atu apa maksud senyum itu.

Semakin dewasa, kita semakin dituntut lebih baik dalam memerankan sandiwara. Semakin dewasa, kita semakin dituntut untuk lebih bisa memilih waktu yang tepat untuk tersenyum, untuk tertawa, untuk cemberut, untuk merajuk, untuk marah, bahkan bilang ya dan tidak. Sisi lain dari diri saya mengatakan itu sangat mengerikan, tapi sisi baik dari diri saya segera menghibur, itu biasa, karena semua orang berhak mendapatkan senyummu, atau melihat wajah ceriamu.

Jangan melihat isi teko dari kejauhan, karena kau tak kan bisa melihat itu teh atau kopi, tapi tuangkan dan rasakan, maka kau akan tahu bedanya.


Read More
Lail. Diberdayakan oleh Blogger.

© Lail, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena